Iman Kepada Takdir
Khutbah Pertama:
الحمد لله العليم القدير ، الحكيم الخبير ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا اللهُ وحده لا شريك له ، ليس كمثله شيءٌ وهو السميع البصير ، وأشهد أنّ محمّدًا عبده ورسوله البشيرُ النذير ، والسراج المنير ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه وعلى كل من على نهجه يسير .
أمّا بعد أيها المؤمنون عباد الله : اتّقوا الله تعالى وراقبوه سبحانه في الغيب والشهادة والسر والعلانية مراقبةَ من يعلمُ أن ربَّه يسمعُه ويراه .
Ayyuhal mukminun,
Salah satu dari pokok keimanan adalah beriman kepada takdir. Yaitu mengimani bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi. Segala sesuatu yang dicatatkan menimpa Anda, maka tidak akan terluput dari Anda. Apa yang ditetapkan tidak menjadi bagian Anda, maka tidak akan anda dapatkan. Semua makhluk ini tunduk dalam ketetapan dan apa yang telah Allah aturkan untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” [Quran Ath-Thalaq: 12].
Ayyuhal mukminun,
Banyak sekali dalil dalam Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menetapkan permasalahan pokok keimanan ini. Di antaranya firman Allah Ta’ala:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [Quran Al-Qamar: 49].
Allah juga berfirman,
فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
“lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” [Quran Al-Mursalat: 23].
Firman-Nya yang lain:
ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَى
“Kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.” [Quran Thaha: 40].
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” [Quran Al-Baqarah: 20].
Firman-Nya yang lain:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi, yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” [Quran Al-A’la: 1-3].
Dan firman-Nya:
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
“Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Quran Al-Ahzab: 38]
Dan masih banyak lagi ayat lain yang memiliki makna serupa.
Ayyuhal mukminun,
Sesungguhnya iman kepada takdir adalah bentuk tauhid. Tidak akan lurus tauhid seseorang dan tidak akan benar keimanannya kecuali dengan beriman kepada takdir. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Iman kepada takdir itu menata tauhid. Siapa yang mentauhidkan Allah, tapi dia mendustakan takdir, maka perbuatannya itu membatalkan tauhidnya.”
Jika iman kepada takdir itu menata tauhid, maka tauhid itu menata hidup seseorang. Tidak akan lurus kehidupan seseorang kecuali dengan iman dan tauhid, mengikhlaskan agama kepada Allah Jalla fi Ulah. Dengan demikian, apabila seseorang tidak bertauhid tidak tertata kehidupannya. Hidupnya sia-sia, hampa tak berarti. Tidak ada faidah dari kehidupannya. Baik di dunia terlebih lagi di akhirat.
Ayyuhal mukminun,
Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya dari al-Walid putra dari seorang sahabat yang mulia yakni Ubadah bin ash-Shamit radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
دَخَلْتُ عَلَى والدي، وَهُوَ مَرِيضٌ أَتَخَايَلُ فِيهِ الْمَوْتَ فَقُلْتُ: يَا أَبَتَاهُ أَوْصِنِي وَاجْتَهِدْ لِي ، فَقَالَ: أَجْلِسُونِي ؛ فَلَمَّا أَجْلَسُوهُ قَالَ: يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَطْعَمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ، وَلَنْ تَبْلُغْ حَقَّ حَقِيقَةِ الْعِلْمِ بِاللهِ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّه.ِ قَالَ: قُلْتُ: يَا أَبَتَاهُ وَكَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ مَا خَيْرُ الْقَدَرِ مِنْ شَرِّهِ ؟ قَالَ: تَعْلَمُ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ . يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ((إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ، ثُمَّ قَالَ: اكْتُبْ ، فَجَرَى فِي تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ)) ، يَا بُنَيَّ إِنْ مِتَّ وَلَسْتَ عَلَى ذَلِكَ دَخَلْتَ النَّارَ».
Aku menemui ayahku. Saat itu beliau sedang sakit yang aku kira beliau telah dekat dengan kematian. Aku bertanya, “Wahai ayah, berilah aku wasiat dan bersungguh-sungguhlah untukku.” Ayahku berkata, “Dudukkanlah aku.” Ketika aku telah mendudukkannya, ia berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya engkau tak akan merasakan nikmatnya keimanan, dan engkau tidak akan sampai pada hakikat ilmu kepada Allah sampai engkau beriman kepada takdir yang baik atau yang buruk.”
Aku berkata, “Wahai ayah, bagaimana aku bisa membedakan mana takdir yang baik atau yang buruk?” Ia menjawab, “Ketauhilah, apa yang memang tidak dicatatkan untukmu tidak akan engkau dapatkan. Dan apa yang ditetapkan untukmu, tidak akan luput darimu. Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Kemudian Allah berfirman, ‘Tulislah’. Sejak itu terjadilah segala sesuatu hingga hari kiamat’. Wahai anakku, jika engkau wafat dan engkau tidak berada di atas keyakinan yang demikian, engkau akan masuk neraka.”
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ، حَتَّى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ
“Segala sesuatu berdasarkan takdir hingga orang yang lemah dan orang yang cerdas.”
Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menulis seluruh takdir makhluk-makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.”
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نطفة ، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَات:ٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ ، فَوَالَّذِى لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا ، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
“Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya.”
Oleh karena itu, para salaf sangat takut tentang keadaan akhir hayat mereka. Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang terjadi dengan mereka nanti. Allah telah menuliskan semua itu di dalam Lauh al-Mahfuz. Keadaan tersebut berada di tangan Allah Azza wa Jalla. Ini adalah urusan Allah. Dan semua makhluk ini adalah ciptaannya. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali atas ketetapannya.
Ayyuhal mukminun,
Jika ada seseorang yang mengatakan, “Kalau semua urusan telah ditetapkan oleh Allah, untuk apa lagi kita beramal? Cukup saja kita berserah diri dengan catatan takdir yang telah ditetapkan untuk kita.”
Pertanyaan ini sudah dijawab oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jawaban yang memuaskan. Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu:
كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم في بقيع الغرقد في جنازة فقال صلى الله عليه وسلم : ((مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ أوْ مَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ)) قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ ؟ قَالَ : ((اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ؛ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ)) ، ثُمَّ قَرَأَ {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى}[الليل:5-10] .
Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di pemakaman Baqi al-Gharqad mengantarkan jenazah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tak seorang pun di antara kalian, kecuali telah ditetapkan (takdirnya), tempat duduknya di Neraka dan (atau) tempat duduknya di Jannah.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah kita pasrah dengan catatan (takdir) kita, kemudian meninggalkan (usaha) beramal saleh?”
Beliau bersabda, “Beramallah kalian, sebab setiap orang akan dimudahkan melakukan apa yang telah ditakdirkan untuknya. Orang yang takdirnya termasuk golongan bahagia, ia akan dimudahkan melakukan amalan golongan yang bahagia. Adapun orang yang takdirnya termasuk golongan sengsara, ia akan dimudahkan melakukan amalan golongan yang sengsara. Kemudian beliau membaca firman Allah:
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” [Quran Al-Lail: 5-10].
نسأل الله جل في علاه أن ييسرنا أجمعين لليسرى ، وأن يجنِّبنا العسرى ، وأن يهدينا إليه صراطًا مستقيما ، وأن يجعل كل قضاء قضاه لنا خيرا ، وأن يحسن لنا العواقب والخواتيم إنه تبارك وتعالى سميع الدعاء وهو أهل الرجاء وهو حسبنا ونعم الوكيل .
Khutbah Kedua:
الحمد لله كثيرا ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهدُ أن محمداً عبدُه ورسوله ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمّا بعد أيها المؤمنون : اتقوا الله تعالى .
واعلموا -رعاكم الله- أن الإيمان بأقدار الله عز وجل طمأنينةٌ للمؤمن وفلاحٌ له وسعادةٌ في دنياه وأخراه .
Ibadallah,
Sesungguhnya iman kepada takdir mengusir kekhawatiran, kebingungan, dan ketakutan yang ada pada seseorang. Terutama saat mereka berada dalam keadaan sulit. Dengan keimanan kepada takdir seseorang menjadi tenang. Seseorang yakin apa yang telah ditetapkan padanya pasti tidak akan meleset darinya. Dan apa yang tidak ditetapkan untuknya tidak akan menimpanya. Seorang yang beriman kepada takdir, apabila mereka ditimpa musibah mereka yakin bahwa musibah tersebut terjadi atas izin Allah. Kemudian ia pun ridha dan berserah diri kepada Allah. Ia berharap hanya kepada Allah. Ia pun termasuk orang yang bersabar. Allah Ta’ala berfirman,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” [Quran Al-Baqarah: 155-156].
Ayyuhal mukminun,
Dengan beriman kepada takdir, seseorang tidak akan ujub kepada amalannya. Betapa hebat dan sebanyak apap pun amalannya itu. Ia juga tidak takjub dengan apa yang ia capai di dunia. Karena dia sadar, semua merupakan anugerah dari Allah.
وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Quran Al-Hadid: 29]
Orang yang beriman kepada takdir, ia mengisi kehidupannya dengan bertawakal kepada Allah. Memohon dan berharap hanya kepada-Nya. Memperbanyak doa. Ia merengek-rengek kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara doa yang paling sering diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku ini di atas agama-Mu.”
Inilah bentuk keimanan kepada takdir. Seseorang meyakini semuanya berada di tangan Allah Jalla fi Ulah.
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla dengan nama-nama yang maha baik dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna agar menjadikan apa yang dia tetapkan untuk kita semuanya baik.
وصلُّوا وسلِّموا -رعاكم الله- على محمد بن عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صلَّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وبارك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مجيد . وارضَ اللهمَّ عن الخلفاء الراشدين ؛ أبى بكرٍ وعمرَ وعثمانَ وعلي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين ، وعنَّا معهم بمنِّك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين .
اللهم أعزَّ الإسلام والمسلمين ، اللهم انصر من نصر دينك وكتابك وسنَّة نبيك محمدٍ صلى الله عليه وسلم ، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك ، اللهم آمنَّا في أوطاننا ، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا ، اللهم وفِّق ولي أمرنا لهداك ، واجعل عمله في رضاك ، اللهم وفِّقه وولي عهده لما تحبه وترضاه من سديد الأقوال وصالح الأعمال .
اللهم آتِ نفوسنا تقواها ، زكها أنت خير من زكاها ، أنت وليُّها ومولاها ، اللهم إنا نسألك من الخير كله ؛ عاجله وآجله ، ما علمنا منه وما لم نعلم ، ونعوذ بك من الشر كله ؛ عاجله وآجله ، ما علمنا منه وما لم نعلم . اللهم إنا نسألك الجنة وما قرَّب إليها من قول أو عمل ، ونعوذ بك من النار وما قرَّب إليها من قول أو عمل . اللهم إنا نسألك من خير ما سألك منه عبدك ورسولك محمد صلى الله عليه وسلم ، ونعوذ بك من شر ما استعاذك منه عبدك ورسولك محمد صلى الله عليه وسلم ، وأن تجعل كل قضاء قضيته لنا خيرا .
اللهم اغفر لنا ذنبنا كله ؛ دقَّه وجِلَّه ، أوَّله وآخره ، علانيته وسرَّه . اللهم اغفر لنا ولوالدينا ووالديهم وذرياتهم وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات . اللهم إنا نسألك بأنك أنت الله لا إله إلا أنت يا رحمن يا رحيم يا حي يا قيوم يا ذا الجلال والإكرام أن تسقينا الغيث ولا تجعلنا من القانطين ، اللهم اسقنا وأغثنا ، اللهم اسقنا وأغثنا ، اللهم اسقنا وأغثنا ، اللهم إنا نسألك غيثًا مُغيثا ، هنيئًا مريئا ، سحًّا طبقا ، نافعًا غير ضار، عاجلًا غير آجل ، اللهم أغث قلوبنا بالإيمان وديارنا بالمطر ، اللهم إنا نسألك سقيا رحمة لا سقيا هدمٍ ولا عذابٍ ولا غرق ، اللهم أغثنا ، اللهم أغثنا ، اللهم أغثنا ، اللهم أعطنا ولا تحرمنا ، وزدنا ولا تنقُصنا ، وآثرنا ولا تؤثر علينا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار .
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ(180)وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ(181)وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}.
Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4952-iman-kepada-takdir.html